Salam readers... ternyata saya sudah vakum dari blog ini hampir setahun... haha maafkan..
Sibuk dengan urusan pribadi dan kuliah.. lupa blognya udah bersawang dan berdebu.. kudu dibersihin dan ditempatin.. hehe..
oke lanjuuut..
Sebagaimana yang kita tahu beberapa tahun terakhir ini generasi kita kerasukan virus bernama 'KOREA'. Semua sisi kehidupan kita dijajah secara perlahan oleh makhluk bernama si Korea ini. Tengoklah layar kaca, youtube, fashion, bahasa, bahkan budaya kita sudah mulai berkiblat kesana. Kain korea, sepatu korea, tas korea. Korea.. oh .. Korea. Semua kehidupan kita berbau korea. Penikmatnya bukan hanya kalangan dewasa, tapi semua umur. Tua muda, kaya miskin, laki perempuan. Kerasukan Korea itu 'sesuatu'. Dan kalau gak 'Korea' itu gak keren.
Dan yang paling masyhur diantara semua adalah...Pilem Korea!!! Para artisnya yang bening dan setting tempat yang unik semakin memanjakan mata para penikmatnya. Pilem Korea yang berSeri-seri dilahap gak pandang bulu temanya apa. Positif atau negatifkah pesan yang terkandung dalam film itu menjadi tak penting lagi.
Oke, disini saya harus akui bahwa saya pernah dan terkadang masih kerasukan si Korea ini. Kualitas gambar, profesional, dan totalitas mereka dalam berkarya memang patut diacungi jempol. Tidak sedikit film-film mereka mengangkat tema yang tidak pasaran (baca : Cinta-cinta melulu). Mereka mengangkat tema kemanusiaan, mafia, pemerintahan, politik, dunia kedokteran, dll. Dengan alur yang panjang dan berbelit, namun beberapa film cukup cantik mengemasnya. Emosi kita dipermainkan dan air mata tak jarang diperas habis.
Saat menulis ini, saya sedang berusaha menamatkan satu film berjudul God's Gift 14 Days. Cerita ini masih dalam kategori khayalan, namun bertema detektif. Secara keseluruhan, alurnya cerdas, kita dibuat tenang sesaat ketika penjahat seolah tertangkap, namun dikagetkan bahwa ada yang lebih jahat di atas yang jahat.
Film ini membawa pesan yang positif dengan penyelesaian yang negatif. Kenapa? Berikut hal-hal yang soroti dalam film ini :
1. Alur utama film ini adalah seorang ibu yang memutuskan bunuh diri kemudian diberikan kesempatan hidup kembali selama 14 hari setelah kematian anaknya untuk mencegah kematian sang anak dan mengungkap pelaku pembunuhan. Ibu tersebut bunuh diri karena frustasi.
Pesan positif yang ingin disampaikan adalah bahwa setiap orang selalu punya kesempatan kedua untuk memperbaiki kesalahannya. Dalam masa 14 hari itu dia mengintrospeksi sikapnya dan menyesali karena dulu dia terlalu mengekang sang anak dan kurang mendengar keinginannya. Dia kemudian berubah menjadi ibu yang lebih perhatian namun menjadi over protektif karena waspada dengan orang yang mengincar nyawa anaknya. Ya, memang sesuatu lebih terasa berharga ketika telah kehilangan, sesal memang selalu di akhir. Kehilangan anak membuat dia semakin menyadari betapa berharga anak itu untuknya.
Namun sisi negatifnya, dia memutuskan bunuh diri daripada menghadapi takdir yang telah digariskan. Kenapa bunuh diri sebenarnya tak harus dipertanyakan, karena itu hanya film, sudah diatur sutradara. Tapi dalam Islam, bunuh diri adalah suatu akhir hidup yang buruk. Islam mempercayai bahwa takdir adalah skenario terbaik yang menyimpan hikmah. Film ini juga sangat khayalan, karena orang yang sudah mati tidak akan pernah bisa kembali. Sekali lagi ini hanya film.
2. Menentang takdir. Si Ibu ingin merubah takdir anaknya agar tidak meninggal. Dia berupaya menemukan pembunuh agar tidak bisa menyakiti anaknya. Secara agama, ide ini sangat tidak benar. Takdir adalah kehendak Sang Maha Pencipta dan kita hanya manusia yang tak memiliki daya apapun untuk melawannya. Sungguh jangan sekali-kali berfikir seperti ini, manusia tak ada apa-apanya dibanding kuasa Allah yang Maha Pencipta. Sekali lagi, jangan terbawa pemikiran ini.
Namun ada nilai positif dibalik kegigihan Ibu ini, kita bisa melihat bahwa begitulah layaknya seorang Ibu, kasih sayangnya tak terbatas. Bahkan nyawanya tak berarti apa-apa demi anaknya. Seringkali anaklah yang tak mengerti bahasa kasih orang tuanya. Ibu ini hanya ibu biasa, bukan detektif, bukan orang yang terlatih dalam bela diri, namun dengan berani mengejar pembunuh berdarah dingin yang telah membunuh banyak nyawa dengan sadis. Namun yang harus digaris bawahi, kasih sayang Ibu tidak boleh bertabrakan dengan kehendak Sang Maha Pencipta. Kasih sayang dan rasa takut kehilangan tidak serta merta membuat dia berani melawan takdir yang merupakan hak mutlak Pencipta.
3. Menentang hukuman mati. Dalam kisah ini, Ayah sang anak yang meninggal adalah seorang jaksa yang berkeyakinan bahwa hukuman mati menentang hak asasi manusia. Oke, hak asasi manusia adalah sesuatu yang harus ditegakkan. Namun dimanakah hak asasi menusia ketika nyawa yang telah terenggut dengan sadis, keluarga yang ditinggal, hanya dibalas dengan ganti rugi atau kurungan penjara? Tidakkah penting rasa sakit yang ditanggung oleh korban dan keluarganya? Mereka juga punya hak hidup, dan itu adalah hak asasi manusia yang paling mahal. Islam telah menetapkan hukum Qishash yang sangat manusiawi untuk para pembunuh. Darah harus dibayar darah. Kenapa? Agar para pembunuh mendapat ganjaran atas perbuatannya dan memberi efek takut kepada orang yang akan membunuh. Agar tercipta keamanan, dan kelegaan bagi keluarga korban, karena jika tidak justru akan menimbulkan masalah baru yakni tradisi balas dendam yang tak berujung. tentu hukuman mati ini hanya dilakukan setelah ada bukti kuat dan dilakukan pihak berwajib. Begitulah, jika hukum dibuat oleh manusia, akan banyak celah dan kelemahan. Lalu masih mau meragukan hukum Islam?
4. Anak adalah harta berharga. Alasan si pelaku dalam film ini adalah karena para wanita yang menjadi korban ini tidak memperdulikan anak mereka. Sibuk bekerja dan menitipkan anak di panti. Pun dia memiliki masa kelam dengan ibunya. Dia menjadi sensitif dengan para orang tua yang menelantarkan anaknya dan ingin menghabisi satu per satu. Semacam penyakit ketagihan.
Namun lagi-lagi kenapa harus dengan cara membunuh? Ide positif yang dieksekusi dengan solusi negatif.
5. Dan lain-lain silahkan tonton dan simpulkan sendiri.
Melihat film ini, dan kebanyakan film lain, semakin membuat saya sadar bahwa ajaran dan syariat Islam adalah yang paling benar. Islam membuat suatu tatanan masyarakat yang aman dan damai. Menyelesaikan masalah dengan sebaik-baik solusi, tentu karena yang membuat undang-undangnya adalah Sang Pencipta sendiri, Allah yang Maha Mengetahui. Membuat para manusia yang hidup menyadari arti kehidupan. Tidak hampa hanya menjalani hari tanpa makna. Masihkah ingin menerapkan undang-undang lain dalam kehidupan kita?
At least, menonton film, apapun itu, hendaknya tidak menjadi sekedar aktifitas hiburan tanpa melihat nilai yang ingin disampaikan. Jangan biarkan anak-anak dan remaja kita menonton sesuatu yang tidak sejalan dengan agama, terlebih ketika mereka belum bisa membedakan yang benar dan salah. Wallahu a'lam.
#JanganSekedarNonton